The Handmaiden [2016]

Atolah Renanda Yafi
2 min readJan 17, 2020

--

Manusia saling bersiasat demi memenuhi hasratnya. Entah untuk kebebasan, cinta, harta, atau sekadar gairah seksual. Dan manipulasi berlapis-lapis dalam tiga babaklah yang akan kita saksikan dalam The Handmaiden: semua dilakukan hanya untuk mengejar hal yang selama ini mengawang-awang dalam benak setiap tokoh.

.

Entah Sook-hee, Hideko, ataupun Fujiwara memiliki hasrat dan siasatnya masing-masing. Sook-hee adalah seorang pencopet yang digerus kemiskinan dan koloniaslisme; ia membantu Fujiwara untuk membujuk (sekaligus menipu) Hideko agar mau menikahinya dengan cara menjadi pelayan pribadi Hideko. Fujiwara menjanjikan imbalan yang cukup besar untuk Sook-hee, uang yg dapat ia gunakan untuk keluar dari Korea yg sedang dijajah Jepang dan menikmati hidup entah di Vladivostok atau Sanghai.

.

Hideko sendiri adalah putri keluarga bangsawan Jepang yg tinggal di Korea. Ia hanya menghabiskan hidupnya di rumah dengan kepungan kemewahan yg memenjaranya. Sejak kecil ia dilatih membaca secara lisan oleh pamannya untuk menghibur pria-pria bangsawan dengan buku-buku sastra erotik. Ia hanya ingin bebas dari belenggu rumahnya. Fujiwara tiba dan menawarkan diri untuk menikahinya, membuatnya berpura-pura gila, serta mencarikan pelayan untuk menggantikannya di rumah sakit jiwa.

.

Fujiwara hanya ingin harta. Ia memanfaatkan Hideko dan Sok-hee untuk mendapat harta keluarga Hideko.

.

Apa yg menarik dari film ini adalah cara dua tokoh membebaskan diri dari jerat patriarki dan kolonialisme: hubungan cinta pasangan lesbian membuat mereka memiliki daya untuk membebaskan diri dari jeratan Fujiwara, paman Hideko, dan penjajahan Jepang terhadap Korea. Dan kali ini kerjasama untuk pembebasan itu dilakukan dua pihak: wanita kaum penjajah dan wanita kaum terhajah yg mengalami ketertindasannya masing-masing. Sok-hee dengan kemiskinan dan keterjajahannya, dan Hideo dengan perannya yg sekadar sebagai pemuas hasrat lelaki.

Cukup unik ketimbang kisah kolonialisme lainnya dalam membentuk relasi dan perjuangan gender. Ditambah lagi perjuangan ini dilakukan dengan hubungan romansa yg tabu di zaman itu: lesbian.

.

Overall: 9/10

.

Sayang sekali film ini harus berakhir dengan bahagia.

--

--

No responses yet